Desa Karodangan Serang lahir dari sebuah komunitas petani yang mendiami lembah subur di tepi Sungai Ciujung sejak abad ke-17, bermula dari upaya gotong royong membangun pemukiman dan mengembangkan lahan pertanian yang kemudian tumbuh menjadi desa mandiri dengan kearifan lokal yang tetap terjaga.
Desa Karodangan mulai dihuni oleh sekelompok keluarga yang berasal dari daerah pegunungan. Mereka mencari tanah subur untuk bercocok tanam dan menemukan kawasan yang strategis dengan akses air yang melimpah.
Para perintis mulai membuka hutan dan rawa untuk dijadikan lahan pertanian. Sistem irigasi sederhana dibangun untuk mendukung pertanian padi yang menjadi mata pencaharian utama penduduk.
Dengan semakin bertambahnya penduduk, dibentuklah struktur pemerintahan desa pertama dengan pemilihan kepala desa dan perangkat desa untuk mengatur kehidupan bermasyarakat.
Sosok yang dihormati sebagai pendiri dan pemimpin spiritual pertama Desa Karodangan. Beliaulah yang memimpin kelompok perintis dalam membuka hutan dan mendirikan pemukiman pertama.
Putra Kyai Marjan yang melanjutkan perjuangan ayahnya dalam mengembangkan desa. Beliaulah yang pertama kali menunaikan ibadah haji dari desa ini dan membawa banyak ilmu untuk kemajuan masyarakat.
Pembangunan infrastruktur dasar seperti jalan, jembatan, dan sistem irigasi yang lebih baik. Populasi desa bertambah pesat dengan kedatangan pendatang dari berbagai daerah.
Desa mengalami modernisasi sistem administrasi dan pertanian. Diperkenalkan tanaman komoditas ekspor dan sistem perpajakan modern oleh pemerintah kolonial.
Pembangunan sekolah, puskesmas, dan fasilitas umum lainnya. Desa mulai terhubung dengan listrik dan memiliki akses transportasi yang lebih baik ke kota.
Modernisasi penuh dengan teknologi digital, internet, dan e-government. Desa menjadi contoh dalam penerapan smart village dan pengembangan ekonomi kreatif.
Upacara syukuran tahunan yang dilakukan setelah panen raya sebagai ungkapan terima kasih kepada Tuhan atas hasil bumi yang melimpah. Seluruh warga berpartisipasi dalam acara ini.
Serangkaian ritual adat yang dilakukan untuk menyambut kelahiran bayi, termasuk aqiqah, pemberian nama, dan doa bersama untuk kesejahteraan sang bayi.
Upacara pernikahan adat dengan berbagai tahapan mulai dari lamaran, akad nikti, hingga walimahan yang melibatkan seluruh masyarakat desa.
Tradisi kerja bakti bersama yang masih lestari hingga kini, mulai dari pembangunan rumah, perbaikan jalan, hingga pembersihan lingkungan desa.
Desa Karodangan kini telah bertransformasi menjadi smart village dengan berbagai inovasi teknologi yang memudahkan pelayanan kepada masyarakat.
Meskipun mengalami modernisasi, Desa Karodangan tetap menjaga dan melestarikan nilai-nilai tradisional yang menjadi jati diri masyarakat.